Anak-anak dan remaja adalah
generasi penerus bangsa Indonesia yang seharusnya menerima pendidikan dan
pengawasan yang lebih dari para orang tua dan orang dewasa supaya bangsa kita
menjadi negara yang menghasilkan generasi yang baik dan dapat memajukan bangsa
Indonesia. Namun seiring berkembangnya dunia penyiaran di Indonesia, tidak
membawa kebaikan akan tetapi membuat semakin lesu, contohnya dalam bidang penyiaran
televisi. Hal ini bisa dilihat dari tayangan-tayangan yang tidak berbobot dan
tidak mendidik yang ditampilkan di layar kaca dengan jam tayang dimana
kebanyakan anak-anak dan remaja berada di rumah dan mencari hiburan dengan
menonton televisi. Akan lebih baik jika pihak penyiaran televisi lebih teliti
lagi dalam penayangan suatu acara pada jam-jam tertentu dimana kebanyakan
khalayak adalah anak-anak dan remaja. Karena seperti yang kita ketahui,
anak-anak dan remaja seringkali menirukan apa yang mereka lihat baik itu hal
positif maupun hal yang negatif.
Hal ini sejalan dengan pemikiran
yang diutarakan oleh Bapak Paulus Widiyanto selaku Ketua Masyarakat Cipta Media
yang berkesempatan untuk mengisi kelas Kapita Selekta di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Tarumanagara hari selasa 15 september kemarin. Menurut
Bapak Pulus, fungsi media penyiaran bukan hanya memberikan informasi dan fungsi
ekonomi dan kebudayaan saja, akan tetapi juga memiliki fungsi mencerdaskan,
fungsi mencerahkan, dan fungsi memotivasi. Beliau sangat peduli dengan dunia
penyiaran khusus nya penyiaran televisi, dan berharap dunia penyiaran televisi
ke depannya akan sangat berguna dan bermanfaat bagi anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa. Akan tetapi Dunia penyiaran di Indonesia sekarang ini tidak
lagi memunculkan fungsi-fungsi utama nya, ada banyak acara dan program di dunia
penyiaran di televisi yang tidak memiliki unsure-unsur yang mencerdaskan dan
memotivasi. Hal ini jelas bahwa UU Penyiaran no 32 tahun 2002 telah dilanggar
oleh para penguasa pertelevisian di Indonesia.
Siaran atau program televisi yang
tidak mementingkan fungsi-fungsi tersebut salah satu nya adalah ditayangkannya film “Ganteng-Ganteng
Serigala”, maka banyak anak-anak dan remaja yang menirukan bagaimana cara
mereka berakting, dan berbicara. Kemudian dengan ditayangkannya film “Janji Suci
Raffi-Gigi” yang mengekspos tentang kekayaan, sosialita artis, pesta yang
mewah, serta acara-acara mingguan nya mengenai kehidupan pernikahan artis
dimana acara tersebut tidak ada hubungannya dengan edukasi anak-anak dan
remaja, padahal acara tersebut ditayangkan pada saat anak-anak dan remaja
kebanyakan berada di rumah yaitu pada Setiap Hari Minggu pkl. 17.00 -
18.00 di TRANS TV. Kami para generasi muda berharap orang tua kiranya bisa lebih bijaksana dalam mengawasi anak dengan memberikan
bimbingan yang bersifat edukatif. Jangan dibiarkan anak terjebak dalam tayangan
televisi yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merusak, sebaiknya anak
dibekali pengetahuan akan tayangan-tayangan yang mendidik agar kelak tidak
terjebak dalam semakin hancurnya tayangan sinetron atau FTV di televisi.
Kami
sebagai salah satu generasi penerus bangsa, ingin melihat adik-adik kami
mendapatkan tontonan acara yang baik dan berkualitas mendidik, bukan
semata-mata hanya menghibur akan tetapi kami juga menginginkan acara atau suatu
program televisi yang bisa memberikan manfaat, mencerdaskan, dan mendidik. Jika
peran pemerintah dan peran orang tua tidak turun tangan secara cepat dalam men
ganggapi hal ini, maka kami akan semakin kuatir dengan program-program televisi
yang bermunculan semakin tidak konsisten dengan kaidah aslinya. Selain itu
sebagai orang tua yang baik dan peduli terhadap pendidikan anak, maka harus
memberikan tontonan yang baik dan mendidik serta melarang anak-anak menonton
program televisi yang tidak sesuai dengan umur.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar