Jumat, 18 September 2015

LESUNYA PENYIARAN TELEVISI DI INDONESIA




Anak-anak dan remaja adalah generasi penerus bangsa Indonesia yang seharusnya menerima pendidikan dan pengawasan yang lebih dari para orang tua dan orang dewasa supaya bangsa kita menjadi negara yang menghasilkan generasi yang baik dan dapat memajukan bangsa Indonesia. Namun seiring berkembangnya dunia penyiaran di Indonesia, tidak membawa kebaikan akan tetapi membuat  semakin lesu, contohnya dalam bidang penyiaran televisi. Hal ini bisa dilihat dari tayangan-tayangan yang tidak berbobot dan tidak mendidik yang ditampilkan di layar kaca dengan jam tayang dimana kebanyakan anak-anak dan remaja berada di rumah dan mencari hiburan dengan menonton televisi. Akan lebih baik jika pihak penyiaran televisi lebih teliti lagi dalam penayangan suatu acara pada jam-jam tertentu dimana kebanyakan khalayak adalah anak-anak dan remaja. Karena seperti yang kita ketahui, anak-anak dan remaja seringkali menirukan apa yang mereka lihat baik itu hal positif maupun hal yang negatif.


Hal ini sejalan dengan pemikiran yang diutarakan oleh Bapak Paulus Widiyanto selaku Ketua Masyarakat Cipta Media yang berkesempatan untuk mengisi kelas Kapita Selekta di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara hari selasa 15 september kemarin. Menurut Bapak Pulus, fungsi media penyiaran bukan hanya memberikan informasi dan fungsi ekonomi dan kebudayaan saja, akan tetapi juga memiliki fungsi mencerdaskan, fungsi mencerahkan, dan fungsi memotivasi. Beliau sangat peduli dengan dunia penyiaran khusus nya penyiaran televisi, dan berharap dunia penyiaran televisi ke depannya akan sangat berguna dan bermanfaat bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Akan tetapi Dunia penyiaran di Indonesia sekarang ini tidak lagi memunculkan fungsi-fungsi utama nya, ada banyak acara dan program di dunia penyiaran di televisi yang tidak memiliki unsure-unsur yang mencerdaskan dan memotivasi. Hal ini jelas bahwa UU Penyiaran no 32 tahun 2002 telah dilanggar oleh para penguasa pertelevisian di Indonesia.





Siaran atau program televisi yang tidak mementingkan fungsi-fungsi tersebut salah satu nya adalah  ditayangkannya film “Ganteng-Ganteng Serigala”, maka banyak anak-anak dan remaja yang menirukan bagaimana cara mereka berakting, dan berbicara. Kemudian dengan ditayangkannya film “Janji Suci Raffi-Gigi” yang mengekspos tentang kekayaan, sosialita artis, pesta yang mewah, serta acara-acara mingguan nya mengenai kehidupan pernikahan artis dimana acara tersebut tidak ada hubungannya dengan edukasi anak-anak dan remaja, padahal acara tersebut ditayangkan pada saat anak-anak dan remaja kebanyakan berada di rumah yaitu pada Setiap Hari Minggu pkl. 17.00 - 18.00  di TRANS TV. Kami para generasi muda berharap orang tua kiranya bisa lebih bijaksana dalam mengawasi anak dengan memberikan bimbingan yang bersifat edukatif. Jangan dibiarkan anak terjebak dalam tayangan televisi yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merusak, sebaiknya anak dibekali pengetahuan akan tayangan-tayangan yang mendidik agar kelak tidak terjebak dalam semakin hancurnya tayangan sinetron atau FTV di televisi.


            Kami sebagai salah satu generasi penerus bangsa, ingin melihat adik-adik kami mendapatkan tontonan acara yang baik dan berkualitas mendidik, bukan semata-mata hanya menghibur akan tetapi kami juga menginginkan acara atau suatu program televisi yang bisa memberikan manfaat, mencerdaskan, dan mendidik. Jika peran pemerintah dan peran orang tua tidak turun tangan secara cepat dalam men ganggapi hal ini, maka kami akan semakin kuatir dengan program-program televisi yang bermunculan semakin tidak konsisten dengan kaidah aslinya. Selain itu sebagai orang tua yang baik dan peduli terhadap pendidikan anak, maka harus memberikan tontonan yang baik dan mendidik serta melarang anak-anak menonton program televisi yang tidak sesuai dengan umur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar